Menghitung Hari

Tinggal menghitung hari. Akhir bulan ini Pilkada serentak 2024 dilaksanakan. Tepatnya tanggal 27 November 2024. Saya hanya mengamati dari kejauhan. Menikmati keramaian itu dalam kesendirian. Sebuah keramaian dan keriuhan yang cukup asyik untuk diamati. Mobilisasi massa demi meningkatkan elektabilitas terus dilakukan. Ya namanya juga usaha, ya harus begitulah. Pokoknya bagaimana elektabilitas meningkat.
Menyimak janji-janji mereka, semuanya membikin hati senang dan bahagia. Seolah siapapun yang duduk akan membuat Riau ini makin bedelau dan makin sejahtera. Biasa, namanya juga kampanye. Namanya juga janji politik. Dulu juga begitu. Dulu-dulunya lagi juga begitu. Dulu-dulu-dulunya lagi begitu juga. Di Pilpres dan Pilkada ya begitulah.
Keriuhan itu semakin menjadi dengan turun gelanggangnya Ustad Somad (UAS) jadi juru kampanye salah satu Paslon. Banyak yang mengkritisi mengapa UAS jadi jurkam? Mengapa ngga maju jadi calon saja sekalian. Apa karena di kubu lain ada ulama pula (Ustad Mawardi Saleh) sehingga UAS begitu bersemangat mengikuti kampanye kali ini?
Entahlah. Dalam kesendirian saya hanya menimbang-nimbang. Ini bukan soal salah-benar. Apa salahnya orang terkenal siapapun dia menjadi jurkam paslon tertentu? Dulu juga Rhoma Irama dengan Soneta Grupnya pernah jadi Jurkam. Atau Da’I sejuta Umat KH Zainudin MZ (alm) misalnya. Bukankah itu pilihan politik mereka masing-masing. Ya tentu boleh-boleh saja.
Tapi saya baca mereka yang melaporkan UAS ke Bawaslu sebagai bentuk pelanggaran kampanye juga punya alasan. Mereka menilai tak patut dakwah disusupi kepentingan politik. Dakwah itu untuk semua golongan mengajak manusia pada kebaikan dan bukan untuk mengajak manusia memilih salah satu paslon.
Bagaimana respon Bawaslu Riau? Sebagaimana dinyatakan oleh Ketua Bawaslu Prov Riau Alnofrizal bahwa tidak ada masalah dengan pelaksanaan Tabligh Akbar UAS yang disejalankan dengan Kampanye Dialogis Paslon BERMARWAH, seperti yang diadukan oleh seorang warga kepada Bawaslu Riau.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan klarifikasi kepada berbagai pihak oleh Bawaslu Riau, ternyata pelaksanaan Tabligh Akbar UAS termasuk dalam jenis kampanye dalam bentuk lainnya. "Dan itu dibenarkan sebagai kampanye dalam bentuk lainnya," kata Alnofrizal kepada media.
Itu sebabnya bagi saya hal ini bukan soal salah-benar. Sebab siapapun berhak menentukan sikapnya. Ini hanya soal rasa saja. Karena selama ini kita menganggap UAS milik semua golongan yang seperti wasit di pertandingan sepakbola. Ketika akhirnya UAS secara pribadi memilih jadi pemain bolanya ya hak dia. Siapapun boleh setuju ataupun tidak setuju. Toh siapapun yang terpilih janji mereka semua begitu mempesona kok. He he…