Aksi Demonstrasi

(merdeka.com)
Oleh Helfizon Assyafei
Tidak ada yang salah dengan aksi demonstrasi. Ya, demonstrasi adalah hak demokrasi dan hak konstitusional warga negara di Indonesia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) dan diatur lebih lanjut dalam UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
Hak ini merupakan perwujudan kebebasan berpendapat dan berekspresi, namun harus dilaksanakan secara bertanggung jawab dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti tidak boleh bersifat anarkis.
Akdi demo belakangan ini yang dipicu oleh perilaku anggota DPR yang suka flexing dan nyakitin hati rakyat kemudian menjadi ricuh. Sejatinya demo tidaklah harus ricuh. Sebab demo itu memyampaikan suara rakyat kepada dewan perwakilan meraka untuk didengarkan dan dicarikan solusi. Itulah ciri negara demokrasi.
Kalau ternyata ricuh analisanya bisa begini. Pertama, ada penumpang gelap yang memancing di air keruh. Mereka bisa disebut provokator. Kedua, respon yang didemo tidak tepat sehingga memicu kemarahan pendemo. Tiap kali ada gelombang aksi demo, anggota dewan memandangnya sebagai ancaman dan responnya menghindar.
Ketiga, boleh jadi kericuhan dimulai oleh pendemo atau oleh aparat keamanan sendiri yang berpakaian sipil agar mereka punya alasan untuk mengambil tindakan tegas membubarkan pendemo. Analisa ini hanya kemungkinan. Bisa benar bisa juga salah. Namun turunnya pasukan Marinir TNI AL tanpa senjata mengamankan demo membuat suasana jadi lebih baik.
Rakyat jadi simpati pada TNI. Sebab sejatinya rakyat bukanlah musuh negara. Rakyat adalah pemegang kedaulatan negara yang sebenarnya. Diberikanlah amanat itu (bukan kedaulatan) kepada wakil dan eksekutif yang mereka pilih untuk menjalankan. Jika dipandang melenceng maka terjadilah demo. Sesederhana itu masalahnya.
Demokrasi artinya menerima perbedaan pendapat tanpa memandang perbedaan itu adalah lawan yang mesti dihancurkan. Kalau setiap aksi demo dan kritik dipandang negatif oleh penguasa itu artinya mental penguasanya bermental feodal seperti orang kerajaan zaman dulu. Bukan mental orang terdidik yang modern.
Tapi fakta dilapangan dan cara mengatasi demo dan memandang sikap kritis mahasiswa menunjukkan kita masih mengedepankan otot ketimbang otak. Itulah sebabnya jatuhnya korban yang tak perlu dari kejadian yang sebenarnya dibolehkan ini.
Pekanbaru, 2 September 2025