Ketiadaan Beban

Opini Jumat, 07 November 2025 - 14:47 WIB
Ketiadaan Beban

Ketiadaan Beban

Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab.

Segala puji bagi Allah swt, Dzat yang mengangkat beban dari hati orang yang kembali kepada-Nya, yang menenangkan jiwa dalam pasrah, dan yang melapangkan dada hamba-Nya yang tawakkal. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw, manusia yang paling ringan bebannya karena seluruh urusannya diserahkan kepada Allah semata.

Saudaraku, hidup ini sering kali terasa berat. Pekerjaan menumpuk, urusan keluarga rumit, rezeki terasa sempit, sementara hati pun lelah memikul beban batin. Namun Syekh Abdul Qadir  dalam Fathur Rabbani mengingatkan dengan lembut:

> “Jika engkau ingin hidupmu ringan, maka ringankan hatimu dari selain Allah. Sebab beban bukan pada pundak, tetapi pada hati yang terlalu menggenggam dunia.”

Ketiadaan beban bukan berarti tanpa masalah. Justru orang beriman sering diuji lebih berat dari orang lain. Namun, bedanya ada pada cara memikulnya, dengan bergantung kepada diri sendiri, beban menjadi batu; dengan bersandar kepada Allah, beban itu menjadi sayap.

 Keringanan Hidup dari Allah.

> “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

(QS. Al-Baqarah [2]: 286)

Ayat ini adalah jaminan kasih sayang dari Allah. Tidak ada ujian yang benar-benar di luar kemampuanmu. Bahkan rasa berat yang kamu rasakan pun sudah diukur oleh Tuhanmu dengan penuh cinta.

Rasulullah saw juga bersabda:

> “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka Allah akan menimpakan padanya cobaan.”

(HR. Bukhari)

Cobaan bukan beban untuk menghancurkan, melainkan latihan agar kita lebih mengenal diri dan Tuhan. Maka, jalan menuju ketiadaan beban bukanlah menolak ujian, melainkan menerima takdir dengan lapang dada.

 Hati yang Pasrah adalah Hati yang Ringan

Syekh al-Jailani berkata:

> “Hidupmu akan tetap terasa berat selama engkau masih menyangka dirimu sebagai pengatur takdir. Ketika engkau menyerahkan semuanya kepada Allah, bebanmu pun gugur.”

Pasrah (taslim) bukan menyerah. Ia adalah kesadaran tertinggi bahwa segala sesuatu telah diatur oleh Dzat Yang Maha Mengetahui. Ketika hati sudah berserah, dunia berhenti menekan.

Imam al-Ghazali  menulis:

> “Keringanan hati bukan karena sedikitnya urusan, tapi karena kuatnya hubungan dengan Allah.”

Maka, seseorang yang sibuk tapi dekat dengan Allah akan tetap tenang, sedangkan yang tampak bebas namun jauh dari Allah justru merasa tertekan.

 Lepaskan Beban Dunia

Setiap kali hati merasa berat, tanyakanlah: “Apa yang sedang aku genggam terlalu kuat?”

Mungkin itu harta, kedudukan, keinginan, atau bahkan seseorang. Ketika engkau menggenggam sesuatu selain Allah, hatimu akan lelah. Tapi ketika engkau menggenggam Allah, dunia tak lagi menggenggammu.

Ibn ‘A?aillah as-Sakandari dalam al-?ikam berkata:

> “Istirahatkan dirimu dari mengatur dunia, karena apa yang telah diatur oleh Allah untukmu lebih baik dari apa yang kau rancang untuk dirimu.”

Kalimat ini adalah kunci spiritual ketiadaan beban. Dunia memang harus dijalani, tapi jangan dijadikan sandaran utama. Rezeki, jodoh, dan takdir tidak akan tertukar. Maka mengapa harus terbebani oleh sesuatu yang sudah ditulis untukmu?

 Ketika Dunia Tak Lagi Mengikat

Syekh Abdul Qadir  berkata dalam Fathur Rabbani:

> “Bila engkau ingin ringan hidupmu, maka lepaskan segala yang bukan Allah dari hatimu. Dunia itu berat bila ditaruh di dalam dada, tapi ringan bila hanya di tangan.”

> “Supaya kamu tidak berduka cita terhadap apa yang luput darimu dan tidak terlalu gembira terhadap apa yang Allah karuniakan kepadamu.”

(QS. Al-?adid [57]: 23)

Hidup tanpa beban bukan berarti tanpa tanggung jawab, tetapi tidak menjadikan dunia sebagai sumber kebahagiaan utama. Bahagia bukan ketika masalah selesai, melainkan ketika hati berdamai dengan ketentuan Allah.

etika Allah Mengangkat Beban

Rasulullah saw pernah merasakan beratnya beban dakwah. Namun Allah menghiburnya dalam firman-Nya:

> “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu, dan Kami telah mengangkat bebanmu darimu yang memberatkan punggungmu.”

(QS. Asy-Syar? [94]: 1–3)

Ayat ini adalah isyarat bahwa Allah sendiri yang bisa mengangkat beban batin manusia. Maka jangan mencari kelegaan dengan keluh kesah kepada makhluk. Datanglah kepada Allah, Sang Pengangkat beban itu sendiri.

Rasulullah saw juga bersabda:

> “Barang siapa menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan menjadikan hatinya kaya, urusannya dipermudah, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan hina.”

(HR. Ibnu M?jah)

Sebaliknya, orang yang menjadikan dunia tujuan, akan terus dibebani oleh kekhawatiran kehilangan dan keinginan yang tak pernah selesai.

 Pandangan beberapa Ulama, seperti ;

Imam al-Junaid al-Baghdadi,  berkata:

> “Ketika hatimu bersandar kepada Allah, maka seluruh beban menjadi nikmat.”

Sedangkan Sayyid Abul Hasan ‘Ali Nadwi, ulama kontemporer dari India, menulis:

> “Orang modern kehilangan kebahagiaan bukan karena terlalu banyak masalah, tapi karena terlalu sedikit berserah kepada Allah.”

Sementara Syekh Said Ramadan al-Buthi menjelaskan dalam Fiqh as-Sirah:

> “Ketenangan jiwa adalah buah dari tauhid. Barang siapa mengenal bahwa semua berasal dari Allah, maka ia tidak lagi terbebani oleh dunia.”

Menemukan Cahaya Ketiadaan Beban

Saudaraku, hidup tanpa beban bukan berarti tanpa perjuangan, tetapi berjalan dengan keyakinan bahwa setiap langkah telah dijaga oleh Allah.

Ketiadaan beban lahir dari hati yang yakin bahwa:

Tidak ada satu pun yang terjadi kecuali dengan izin Allah.

Tidak ada satu pun yang luput tanpa hikmah.

Dan tidak ada satu pun kehilangan kecuali diganti dengan kasih-Nya.

Maka, sebagaimana doa Rasulullah saw:

> “Ya Allah, jadikan aku ridha terhadap takdir-Mu, lapangkan dadaku atas ketentuan-Mu, dan berilah aku keyakinan hingga aku tahu bahwa apa yang Kau tetapkan bagiku tak akan meleset, dan apa yang tidak Kau tetapkan bagiku tak akan datang.”

(HR. Ahmad)

 Bebas di Dalam, Tenang di Luar

Syekh  al-Jailani menulis:

> “Kebebasan sejati adalah ketika hatimu tidak lagi dikendalikan oleh sesuatu selain Allah.”

Saudaraku, mungkin kamu tidak bisa mengubah keadaan, tapi kamu bisa mengubah caramu memandangnya.

Mungkin kamu tidak bisa mengangkat beban dunia, tapi kamu bisa membiarkan Allah yang mengangkatnya darimu.

Maka lepaskanlah, bukan dari tanggung jawab, tetapi dari kesombongan merasa mengatur segalanya.

Lepaskanlah, bukan dari ikhtiar, tetapi dari kecemasan yang lahir dari kurangnya iman.

 Renungan Ruhani

Hidup tanpa beban bukan berarti tanpa kesulitan, tetapi hati yang tahu ke mana harus bersandar.

Ketika semua terasa berat, duduklah sejenak dalam doa.

> “Ya Allah, jadikan aku ringan dengan-Mu, walau dunia seberat apa pun di sekelilingku.”

Dan saat itu, engkau akan merasakan makna ketiadaan beban: bukan karena duniamu berubah, tapi karena hatimu telah menemukan sandaran sejati, Allah swt.




Mutiara Merdeka Wedding Package Calendula
Mutiara Merdeka Wedding Package Garden
Mutiara Merdeka Wedding Package Daisy
Mutiara Spesial Deal

Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Google+, Linkedin dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.