Hutanku Bukan Hutanku

Kolom Pikiran Sabtu, 06 Desember 2025 - 07:05 WIB
Hutanku Bukan Hutanku

Hutanku Bukan Hutanku

Oleh Helfizon Assyafei

 

Melihat duka dibumi bencana aku belajar satu hal yakni dahsyatnya akibat keserakahan. Sifat ini bisa membuat banyak orang menderita. Aku tidak merasa aneh mereka-mereka diatas sana berdalih, mengeles, membantah, mengatakan tidak tahu, tidak memberi izin pengolahan hutan dan bla..bla..bla..

Mereka diatas sana saling melindungi dengan berkata ini faktor cuaca, ini faktor alam. Ini takdir Allah. Memprotes kerusakan lingkungan dianggap tidak realistis. Dianggap ‘wahabi lingkungan’. Anti perubahan dan puritan. Kaum tekstualis. Suka menyalahkan orang.

Tidak ada atau belum ada yang dipecat, dihukum atas semua bencana ini. Mereka meyakini bencana ini salahnya alam. Lalu sibuk menjadikannya pentas dengan memikul karung beras. Pakai rompi taktis yang keren seperti sedang mengunjungi daerah konflik saat mengunjungi korban bencana.

Mereka berharap dengan surutnya air, cerahnya kembali mentari dan berlalunya hari demi hari semua ini terlupakan. Bagi mereka ya. Tapi bagi keluarga korban? Sesak rasanya melihat video seorang anak diatap rumahnya dan disekelilingnya air deras sambil menangis memanggil ibunya yang entah dimana.

Melihat seorang bapak yang menggali-gali tanah mencari anak dan istrinya yang terkubur entah dimana. Membayangkan betapa pedihnya hati ketika orang-orang yang disayangi ditelan bencana tanpa sempat bereaksi apapun. Dan angka korban bencana akibat ‘tanda tangan’ ini sudah mendekati seribu jiwa..

Mereka yang selamat dari bencana itu dan kehilangan orang-orang yang mereka cintai akan membawa luka jiwa itu sampai mati. Mereka tak tahu mengapa tanah mereka, hutan mereka bebas diacak-acak dan dirusak entah oleh siapa dan tidak ada yang menghentikannya. Hutanku bukan hutanmu jadi hutanku bukan hutanku.

Kita semua seperti anjing yang berebut tulang, siapa kuat dia dapat. Kalau kau tak kuat jadilah penjilat. Jangan tanya kejujuran, hukum, moral, aturan, norma-norma luhur, kearifan lokal. Semua hanya tinggal cerita di dunia yang gila ini.

Tapi tetaplah berjuang untuk menjaga nurani, kejujuran dan akal sehatmu brader..hanya itulah yang membuatmu masih layak disebut manusia.

Pekanbaru, 6 Desember 2025




Mutiara Merdeka Wedding Package Daisy
Mutiara Merdeka Wedding Package Calendula
Mutiara Merdeka Wedding Package Garden
Mutiara Spesial Deal

Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Google+, Linkedin dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.