Kepingan Mutiara dari Timur

Jika harapan itu seperti kaca yang pecah berkeping-keping, maka saya baru tahu ada keping-kepingan yang baik. Di tengah maraknya berita-berita perilaku koruptif anak bangsa ternyata harapan itu masih ada. Meski mungkin satu diantara seribu. Meski langka, tapi ada. Saya coba memungut kepingan itu dengan menuliskannya.Dia seorang Menteri dikabinet sekarang ini. Darinya saya tahu gaji pokok jadi menteri itu Rp19 juta. Ditambah tunjangan ini itu totalnya jadi 80-an juta. Ketika diwawancara Andi F Noya apakah Ia ambil gajinya itu, ia jawab “Iya”. Lalu ia serahkan pada pengelola anak yatim. Ia tidak mencari uang dari sana.
Ia Lahir di Bone, Sulawesi Selatan. Dia adalah seorang bangsawan Bugis dan pengusaha kaya. Sikapnya tenang dan rendah hati. Ayahnya seorang veteran Tentar Nasional Indonesia dan pernah ikuti pertempuran diberbagai medan termasuk di Timor-Timor dan Irian Jaya. Ia berpendidikan tinggi dibidang yang dia diamanahkan jadi menteri sekarang. Dulu lulus dengan indeks prestasi maksimal.
Ia punya pesawat jet pribadi dan semua biaya operasional pesawat dan bahan bakarnya yang hitungannya miliaran itu tidak ditagihkannya pada negara meski ia menggunakannya untuk tugas negara sebagai menteri. Sebelum jadi menteri ia memimpin sebuah grup usaha besar bermarkas di Makassar. a pernah coba disuap hingga Rp1 triliun oleh rekan bisnisnya. Dia tolak dan ia tutup perusahaannya itu untuk menghindari hal serupa terjadi lagi. Padahal kekayaannya awalnya banyak mengalir dari perusahannya itu. Ia masih banyak punya perusahaan lain. Apa alasannya tak tergiur uang itu dan siapa dia?
“Berapa kekayaan Anda sebenarnya sampai Anda bisa menolak hal itu?” Kejar Andi F Noya. “Cukuplah untuk hidup keluarga anak dan istri,” ujarnya. Ketika didesak lagi oleh Andi F Noya soal biaya operasional dan BBM jet pribadi yang dia tanggung sendiri dalam tugas negara itu apakah tidak merugikan dirinya, jawabannya sungguh mengejutkan.
“Saya ini belum ada apa-apanya dibanding dengan para pahlawan kita. Pahlawan kita nyawanya diserahkan kepada Merah-Putih. Aku ini sangat kecil dibanding mereka-mereka. Semua biaya itu masih kecil dibanding pengorbanan pahlawan. Saya belum banyak berbuat untuk republik ini dibanding mereka,” ujarnya.
Bayangkan, lanjutnya, pahlawan kita yang gugur di medan perang tidak ada gaji, tidak ada fasilitas. Tidak bekerja digedung yang ber AC tapi berperang di hutan. Nyawanya ia sumbangkan ke negara. Anak istrinya menangis karena kehilangan ayah untuk Merah Putih. Mereka tidak terpikir pamrih dan apa yang harus mereka dapatkan.
“Masa kami yang pelanjut apalagi ayah kami prajurit malah berbuat sebaliknya. Nyawa mereka tidak bisa dibeli dengan rupiah. Masa dengan harta saja kita tak mau berbuat untuk negara,” ujarnya.
***
Saya terharu setelah melihat dan mendengar wawancara itu. Terimakasih ya Allah masih ada anak bangsa yang seperti ini. Siapa dia? Dia mungkin tidak terkenal seperti selebritis. Tapi dia adalah Mutiara dari Timur. Dialah Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman. Semoga Allah kelak mentakdirkannya jadi pemimpin tertinggi bangsa ini.
Pekanbaru, 19 April 2025
Helfizon Assyafei
Penulis, Jurnalis RAN