Bangsawan Sejati untuk Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat

Oleh. Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab.
Bangsa yang besar tidak hanya berdiri di atas undang-undang. Bangsa yang besar tidak hanya hidup dengan kekuatan ekonomi. Bangsa yang besar tidak hanya bermegah dengan pasukan yang perkasa.
Bangsa yang besar—adalah bangsa yang hidup dengan ruh. Ruh keadilan. Ruh ketuhanan. Ruh kasih sayang. Tanpa ruh, simbol hanyalah kulit. Tanpa ruh, kekuasaan hanyalah bayangan. Tanpa ruh, negara hanyalah kerangka tanpa jiwa.
# Wahyu Keprabon, Amanah Ilahi
Dahulu, para leluhur kita menata negara dengan wahyu keprabon—cahaya amanah dari Yang Maha Kuasa. Mahkota seorang raja bukan sekadar hiasan. Mahkota adalah tanda kesucian hati. Mahkota adalah cahaya kepemimpinan. Mahkota adalah simbol bahwa seorang pemimpin mengemban tanggung jawab suci, bukan sekadar berkuasa.
Al-Qur’an telah menegaskan:
> ???? ?????????? ??????? ????????? ??????? ????????? ??? ??????? ????????? ????????? ?????? ???????
“Katakanlah: Wahai Allah, Pemilik kekuasaan. Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki.”
(QS. ?li ‘Imr?n [3]: 26)
Maka, seorang pemimpin sejati sadar bahwa kekuasaan bukan miliknya, melainkan titipan. Titipan yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
# Pemimpin Adil adalah Pemimpin Dicintai
Rasulullah ? bersabda:
> “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian.”
(HR. Muslim)
Saudaraku, pemimpin sejati bukan yang ditakuti karena kekuasaannya, tetapi yang dicintai karena keadilannya. Pemimpin sejati bukan yang diliputi pujian kosong, tetapi yang diiringi doa tulus rakyatnya.
# Ketahanan Sejati Bukan Sekadar Slogan
Hari ini kita mendengar istilah civil resilience—ketahanan sipil bangsa. Itu baik, itu penting, itu perlu. Tetapi ketahanan sejati tidak berhenti pada teori. Tidak berhenti pada simbol. Tidak berhenti pada jargon. Ketahanan sejati lahir dari iman yang kokoh, dari akhlak yang mulia, dari kasih sayang yang menumbuhkan keberanian bersama.
Rasulullah ? bersabda:
> “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.”
(HR. Abu Dawud)
Saudaraku, pemimpin bukan penguasa. Pemimpin adalah pelayan. Pemimpin bukan raja yang minta dilayani, melainkan hamba Allah yang melayani rakyatnya dengan cinta.
# Pesan untuk Para Pemimpin
Imam al-Ghaz?l? berkata:
“Agama dan kekuasaan adalah saudara kembar. Agama adalah pondasi, dan kekuasaan adalah penjaganya. Apa yang tak memiliki pondasi akan runtuh, dan apa yang tak memiliki penjaga akan hilang.”
Maka wahai para pemimpin, Bangsa ini menunggu Anda menjadi bangsawan sejati. Bangsawan bukan karena darah, melainkan karena jiwa. Bangsawan bukan karena silsilah, melainkan karena akhlak. Bangsawan bukan karena warisan, melainkan karena keberanian menegakkan kebenaran.
#.Bangkitlah, Wahai Pemimpin Bangsawan Sejati!
Bangsawan sejati akan berkata dalam hatinya: Aku berkuasa bukan untuk diagungkan, melainkan untuk menegakkan keadilan. Aku memimpin bukan untuk menguasai, melainkan untuk melayani. Aku memegang amanah bukan untuk kepentinganku, tetapi untuk kesejahteraan umatku. Jika jiwa ini hidup, rakyat akan merasakan keadilan. Jika ruh ini bersinar, bangsa akan tegak dengan gagah. Jika pemimpin kembali menjadi bangsawan sejati, maka simbol akan kembali bernyawa, mahkota akan kembali bercahaya, dan bangsa ini akan kembali disegani dunia.
Saudara-saudaraku, Mari kita jadikan kepemimpinan bangsa ini kepemimpinan yang hidup dengan ruh, bukan sekadar simbol. Mari kita tegakkan keadilan, mari kita wujudkan kesejahteraan, mari kita kembalikan jati diri bangsa. Wassalam.