Menyusun Peradaban Islam lewat Jalan Dakwah dan Politik

Oleh Syeikh Sofyan Siroj Abdul Wahab
Dakwah adalah jalan menuju peradaban. Ia bukan hanya ajakan shalat atau kajian di masjid, tapi denyut nadi yang menghidupkan umat. Para nabi tidak diutus untuk sekadar mengajarkan ibadah ritual, melainkan membangun masyarakat yang adil, beradab, dan terikat dengan nilai-nilai langit.
Sejarah membuktikan, peradaban Islam selalu lahir dari dakwah. Maka, dakwah harus menjadi panglima, sementara politik hanyalah alat. Politik bukan sekadar perebutan kursi, tetapi tadbir—pengelolaan umat agar hidup dalam ridha Allah.
Rasulullah ? bersabda:
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (HR. Ahmad)
Beliau memulai dengan membangun karakter, lalu menata masyarakat. Itulah bukti bahwa perubahan sejati dimulai dari hati, bukan dari kursi.
Imam al-Mawardi pernah menulis: “Tujuan kepemimpinan adalah menjaga agama dan mengatur dunia dengan syariat.” Sementara Imam al-Ghazali mengingatkan: “Agama adalah fondasi, dan kekuasaan adalah penjaganya. Keduanya ibarat saudara kembar.”
Artinya, politik hanya bernilai jika ia menjaga agama dan maslahat umat. Kekuasaan bukan untuk kejayaan kelompok, melainkan sarana mewujudkan maq??id syar?‘ah: melindungi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Namun, semua itu tidak akan berarti tanpa tarbiyah. Jiwa harus dibina sebelum struktur dibangun. Kader harus ditempa dengan iman, ilmu, dan akhlak sebelum memegang kekuasaan. Politik tanpa tarbiyah hanya melahirkan perebutan jabatan, tetapi dakwah yang bertumpu pada tarbiyah melahirkan pemimpin Rabbani—pemimpin yang menebar rahmat, bukan ambisi.
Ibnu Khaldun mengingatkan: “Kekuasaan itu bukan capaian instan, tapi buah dari proses panjang tarbiyah dan konsolidasi.” Karena itu, dakwah harus melalui tahapan: membentuk pribadi, mengenalkan Islam, membangun struktur, lalu melaksanakan strategi perubahan.
Peradaban Islam bukan sekadar “simbol negara” atau jargon khilafah, tetapi masyarakat Rabbani yang hidup dengan keadilan, ilmu, ukhuwah, ibadah, dan amar ma’ruf nahi munkar.
Allah berjanji:
“Allah akan menjadikan orang-orang beriman dan beramal saleh berkuasa di bumi...” (QS. an-Nur: 55)
Bukan kekuasaan yang kita cari, melainkan ridha Allah dan tegaknya nilai-nilai-Nya. Inilah hakikat dakwah siyasah: membangun peradaban yang berakar di bumi, namun berpijar dari langit.