Sunyi Senyap, Kholilan

Oleh Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab.
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Sering kali kita takut pada kesunyian. Kita khawatir merasa sepi, sendiri, tanpa teman. Padahal, bagi seorang mukmin, sunyi bukanlah kehampaan, melainkan ruang perjumpaan dengan Allah ?. Di tengah dunia yang bising, kesunyian adalah oase yang menghidupkan hati.
Inilah makna “Sunyi Senyap, Khol?lan.” Sunyi yang menghadirkan Allah sebagai sahabat sejati, sebagai khal?l. Allah ? berfirman: “Dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai khal?l (kekasih-Nya).” (QS. An-Nis?’: 125). Nabi Ibrahim ‘alaihissal?m tetap tegar menghadapi kaumnya, sebab ia punya Allah sebagai pendamping.
Begitu pula Rasulullah ?. Sebelum wahyu pertama turun, beliau memilih berdiam di Gua Hira. Dalam hening, beliau berjumpa dengan Jibril membawa kalimat pertama: “Iqra’.” Dari kesunyian lahirlah cahaya risalah yang menerangi dunia. Kesunyian bukan pelarian, melainkan persiapan. Ia bukan pelemahan, melainkan penguatan.
Syekh Sa‘?d Haww? menulis: “Kesunyian bukan untuk lari dari manusia, tetapi untuk kembali kepada Allah, lalu kembali kepada manusia dengan hati bercahaya.” Dari sini kita belajar: sunyi adalah ruang untuk memperbaiki hati, agar saat kembali ke dunia, kita mampu menebar rahmat.
Saudaraku, di jalan dakwah kita sering merasa sendiri, lelah, atau disalahpahami. Namun orang yang menjadikan Allah sebagai sahabat tidak pernah benar-benar sendirian. Dalam hadits qudsi Allah berjanji: “Jika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya, penglihatannya, tangannya, dan kakinya.” (HR. Bukhari).
Maka, jangan takut pada kesunyian. Temukan Allah di dalamnya. Dari sunyi lahir keteguhan, dari hening lahir cahaya, dan dari hati yang bercahaya lahir dakwah yang penuh rahmat.
Ya Allah, jadikan kesunyian kami sebagai jalan untuk menemukan-Mu, dan jadikan Engkau sahabat sejati dalam hidup kami. ????.











