Penyebab Hamba Mencintai Allah

Opini Jumat, 24 Oktober 2025 - 07:46 WIB
Penyebab Hamba Mencintai Allah

Penyebab Hamba Mencintai Allah

Oleh Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab

Segala puji bagi Allah swt, Dzat yang menciptakan cinta sebelum Dia menciptakan makhluk-Nya. Dia yang menanamkan benih kerinduan di dalam hati hamba-hamba-Nya, agar mereka kembali kepada-Nya dengan cinta, bukan sekadar dengan kewajiban. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw, kekasih sejati Allah, yang hidupnya adalah cermin cinta Ilahi di bumi.

 Hakikat Cinta kepada Allah

Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam Fathur Rabbani menjelaskan bahwa cinta seorang hamba kepada Allah lahir dari ma’rifat, dari pengenalan yang mendalam terhadap kebesaran dan kasih sayang Allah. Semakin seorang hamba mengenal Rabb-nya, semakin besar cintanya. Ia berkata:

> “Barangsiapa mengenal Allah, maka ia akan mencintai-Nya. Barangsiapa mencintai-Nya, maka ia akan tunduk kepada-Nya dengan segenap hati dan amalnya.”

Cinta kepada Allah bukanlah perasaan kosong atau slogan manis di bibir. Ia adalah gerak jiwa menuju sumber cahaya, perjalanan batin yang meleburkan keakuan dalam keagungan-Nya. Ia lahir dari rasa syukur, kerendahan hati, dan kesadaran akan rahmat Allah yang tak pernah putus.

 Cinta karena Nikmat dan Rahmat-Nya

Hamba mencintai Allah karena menyadari betapa luas kasih-Nya. Dia memberi rezeki bahkan kepada yang ingkar, mengampuni bahkan sebelum hamba meminta.

Allah swt berfirman:

> “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.”

(QS. An-Nahl [16]: 18)

Ketika hati merenungi betapa banyak karunia yang kita nikmati tanpa pantas menerimanya — napas, kesehatan, iman, keluarga — maka cinta pun tumbuh. Karena cinta sejati muncul dari rasa syukur yang mendalam.

Syekh Abdul Qadir menegaskan, “Tidak akan benar cinta seorang hamba kecuali setelah ia menyadari nikmat Rabb-nya dan memandang dirinya penuh kekurangan.” Maka, semakin kita merasa hina di hadapan Allah, semakin kita mencintai-Nya, sebab hanya dari-Nya kemuliaan berasal.

Cinta karena Ampunan dan Kasih-Nya

Cinta juga tumbuh karena pengalaman diampuni. Tiada yang lebih menyentuh hati selain ketika kita jatuh dalam dosa, lalu Allah menutupi aib dan memanggil dengan lembut: “Wahai hamba-Ku, jangan berputus asa dari rahmat-Ku.”

> “Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”

(QS. Az-Zumar [39]: 53)

Ketika seorang hamba merasakan bagaimana Allah tetap mencintainya meski ia berdosa, maka hatinya luluh, air matanya jatuh, dan cinta itu tumbuh menjadi tobat yang tulus.

Syekh al-Jailani menulis, “Kasih Allah kepada hamba-Nya mendahului murka-Nya; maka barangsiapa mengenal kasih itu, ia tidak akan berpaling kepada selain-Nya.”

Cinta karena Ujian dan Takdir Ilahi

Kadang cinta tumbuh bukan dari nikmat, tetapi dari ujian. Allah menguji untuk menumbuhkan cinta sejati yang tak bergantung pada pemberian. Dalam setiap kesakitan, ada pesan lembut: “Aku ingin engkau kembali kepada-Ku.”

Rasulullah sawbersabda:

> “Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barangsiapa ridha, maka baginya keridhaan Allah; dan barangsiapa murka, baginya kemurkaan Allah.”

(HR. Tirmidzi)

Syekh Abdul Qadir menjelaskan bahwa ujian adalah tanda perhatian Allah, bukan kebencian. Sebab melalui ujian, Allah memisahkan cinta palsu dan cinta sejati.

Cinta sejati tetap bertahan ketika dunia runtuh, karena yang dicintai bukan karunia, tetapi Dzat Pemberi karunia itu sendiri.

 Cinta karena Zikir dan Ma’rifat

Hati manusia adalah cermin. Bila ia terus berzikir, ia akan bersih dan memantulkan cahaya Allah. Dari situ lahir rasa rindu dan cinta yang lembut.

 

> “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

(QS. Ar-Ra’d [13]: 28)

Zikir bukan hanya menyebut nama-Nya, tetapi menghadirkan-Nya di dalam kesadaran. Ketika lidah berzikir, hati mencintai. Ketika hati mencintai, amal menjadi ibadah, dan hidup pun berubah menjadi perjalanan menuju Allah.

Syekh al-Jailani berkata, “Zikir adalah api cinta yang membakar tabir antara engkau dan Tuhanmu. Bila zikir itu murni, maka engkau akan melihat-Nya dengan mata hatimu.”

 Buah dari Cinta

Jika cinta kepada Allah telah bersemi, maka tanda-tandanya jelas:

Pertama. Ia taat tanpa pamrih, bukan karena takut neraka atau berharap surga, tetapi karena cinta.

Kedua. Ia ridha atas takdir, sebab yakin Allah Maha Bijaksana.

Ketiga. Ia menyebar kasih kepada sesama, karena hatinya dipenuhi kasih dari Yang Maha Pengasih.

Rasulullah saw bersabda:

> “Seseorang akan bersama dengan yang ia cintai.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Barangsiapa mencintai Allah dengan tulus, maka kelak ia akan bersama Allah, di dunia dengan zikrullah, dan di akhirat dengan melihat wajah-Nya.

 Cinta yang Menghidupkan Jiwa

Wahai saudara, cinta kepada Allah bukan warisan, melainkan pencarian. Ia tumbuh dari dzikir, sujud, air mata, dan rasa syukur. Bila engkau ingin mengenal cinta itu, lihatlah pada segala nikmat, ampunan, dan ujian hidup,  semuanya adalah surat cinta dari Allah kepadamu.

Syekh Abdul Qadir al-Jailani menutup nasihatnya dengan kalimat yang lembut:

> “Cintailah Allah dengan hatimu, niscaya Dia akan menanamkan cinta-Nya di jiwamu. Bila engkau telah dicintai-Nya, maka tiada lagi hijab antara engkau dan Dia.”

Maka, jadikan setiap detak jantung sebagai dzikir, setiap langkah sebagai jalan menuju-Nya, dan setiap napas sebagai bukti bahwa Allah masih mencintaimu, agar engkau pun mencintai-Nya sepenuh jiwa.

Allahu 'Alam.

*disadur dari fathur rabbani.




Mutiara Merdeka Wedding Package Daisy
Mutiara Merdeka Wedding Package Calendula
Mutiara Merdeka Wedding Package Garden
Mutiara Spesial Deal

Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Google+, Linkedin dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.