Tidak Perlu Merisaukan Rezeki

*Ketika Hati Dibebaskan dari Cemas Dunia
Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab*
Salah satu penyakit ruhani terbesar umat hari ini adalah kecemasan pada rezeki.
Padahal para ulama telah mengulang-ulang sebuah kalimat yang layak kita hafal dan hayati:
"Rezeki tidak meminta engkau. Engkaulah yang harus meminta kepada Allah, Sang Pemberi rezeki. Maka jangan sibukkan hatimu dengan sesuatu yang telah ditanggung oleh-Nya."
Inilah tauhid rububiyyah yang hidup. Keyakinan penuh bahwa Allah bukan sekadar pencipta, tetapi juga penanggung, penjamin, dan pengurus seluruh kebutuhan hamba-Nya. Bukan pasif, bukan pasrah buta, tetapi membebaskan hati dari belenggu cemas duniawi.
Rezeki Sudah Dijamin, Maka Kenapa Masih Gelisah?
Allah menegaskan dengan sangat kuat:
> ????? ???? ???????? ??? ????????? ?????? ????? ??????? ?????????
"Tidak ada satu makhluk pun di bumi kecuali Allah-lah yang menjamin rezekinya."
(QS. Hud: 6)
Ini jaminan langsung dari Tuhan yang mencipta langit dan bumi.
Rezekimu sudah ditulis jauh sebelum engkau menatap dunia ini.
Rasulullah saw bersabda:
> ???? ??????? ?????? ?????? ???????????? ?????????
"Tidak ada jiwa yang mati sampai rezekinya disempurnakan."
(HR. Ibn Majah)
Imam al-Ghazali mengatakan dalam Ihya’:
“Rezeki itu seperti bayanganmu, tak mungkin terpisah darimu.”
Syeikh Ibn ‘Athaillah pun menegaskan:
“Rezeki tidak akan membuatmu letih mengejarnya. Yang membuatmu letih adalah syahwatmu terhadap dunia.”
Jika semua ulama dari zaman ke zaman sepakat bahwa rezeki sudah dijamin, mengapa hati kita masih goyah?
Bedakan Mencari Rezeki dan Mengkhawatirkan Rezeki
Syekh al-Jailani tidak pernah melarang usaha.
Yang beliau larang adalah hati yang menjadi budak rezeki.
Ada dua medan kehidupan:
Pertama. Medan usaha, bekerja, berdagang, berikhtiar secara halal.
Kedua. Medan hati, tetap tenang, yakin bahwa Allah sudah mengatur hasilnya.
Masalah manusia bukan kurang kerja. Masalahnya adalah hati yang panik.
Padahal Allah mengingatkan:
> ???????????? ?????????? ?????????
“Setan menakut-nakutimu dengan kemiskinan.”
(QS. Al-Baqarah: 268)
Ketakutan pada miskin seringkali bukan realitas, tetapi propaganda setan dalam pikiran seorang hamba.
Karena itu Syekh Abdul Qadir berkata tegas:
“Bekerjalah karena patuh pada Allah, bukan karena takut miskin. Yang menolong bukan tanganmu, tetapi Tuhanmu.”
Ketawakkalan adalah Kunci Ketenangan Rezeki
Tawakkal itu bukan pasrah.
Tawakkal adalah puncak usaha dan kepasrahan total serta ketenangan hati.
Allah berfirman:
> ????? ??????????? ????? ??????? ?????? ????????
“Siapa bertawakkal kepada Allah, maka Allah cukup baginya.”
(QS. At-Talaq: 3)
Syekh Ibn Rajab al-Hanbali menafsirkan ayat ini:
“Cukup baginya dari apa pun yang membuatnya gelisah.”
Maka orang beriman: bekerja dengan halal, tidak menjadikan harta ukuran martabat, tidak sombong dengan kelapangan, tidak minder dengan kekurangan. Karena kemuliaan tidak ada pada banyaknya harta. Kemuliaan ada pada dekatnya hati dengan Allah.
Rezeki Tidak Akan Pergi kepada Orang yang Salah
Dalam Fathur Rabbani, Syekh Abdul Qadir menenangkan para muridnya:
“Rezeki seseorang tidak akan jatuh pada selainnya, sebagaimana ajal seseorang tidak akan jatuh pada selainnya.”
Inilah logika langit: Rezekimu tidak bisa direbut. Tidak bisa dipindah tangan. Tidak bisa dihalangi. Tidak bisa tertukar.
Rasulullah saw menegaskan:
> “Jika seluruh umat bersatu untuk memberi manfaat kepadamu, mereka tidak mampu kecuali apa yang Allah tetapkan.”
(HR. Tirmidzi)
Karena itu orang beriman tidak iri, tidak takut kehilangan, dan tidak curiga berlebihan.
Lepaskan Hati dari Bergantung pada Manusia
Salah satu bentuk kegelisahan rezeki adalah ketergantungan total pada manusia:
mengharap bantuan, takut kehilangan jabatan, mengejar pujian,
berusaha menyenangkan makhluk demi dunia.
Syekh Abdul Qadir memperingatkan:
“Siapa menggantungkan rezekinya pada makhluk, ia akan dipermalukan oleh makhluk itu.”
Allah menegaskan:
> ????? ??????? ???? ??????????? ??? ?????????? ??????????
“Sesungguhnya Allah-lah pemberi rezeki, Yang Maha Kuat lagi Maha Kokoh.”
(QS. Adz-Dzariyat: 58)
Syekh Ali Jum’ah sering mengatakan:
“Ketergantungan kepada makhluk menimbulkan kecemasan. Ketergantungan kepada Allah menimbulkan ketenangan.”
Rezeki Akan Mengejarmu Bila Engkau Mengejar Allah
Kaum arifin memiliki kaidah emas:
“Kejar Allah, maka dunia akan mengejarmu.”
Ini landasannya:
> ????????? ?????? ?????? ??????? ???????? ??????????
“Utamakan akhirat …”
(QS. Al-Qashash: 77)
Rasulullah saw bersabda:
> ??? ?????? ??????? ?????? ???????? ????? ????????? ??????? ??????? ????? ??????????
“Siapa menjadikan akhirat sebagai kegelisahannya, Allah akan cukupkan seluruh kegelisahan dunianya.”
(HR. Ibn Majah)
Ulama sufi mengatakan:
“Orang yang sibuk dengan Allah, dunia akan disibukkan untuk melayaninya.”
Akhiran: Rezeki Sudah Ada, Tinggal Kita Menyambutnya dengan Tenang
Pelajaran besar tema ini:
Rezeki dijamin.
Kecemasan adalah ilusi syaitan.
Tugas kita adalah ikhtiar halal.
Hati jangan terikat pada dunia.
Tawakkal melahirkan kelapangan.
Orang yang dekat kepada Allah tidak kehilangan apa pun.
Syekh Abdul Qadir berpesan:
“Tenangkanlah hatimu. Yang mengurus hidupmu bukan engkau, tetapi Dia. Dan Dia tidak pernah salah mengurus hamba-Nya.”
Semoga Allah membebaskan hati kita dari cemas dunia, dan menguatkan keyakinan bahwa rezeki sudah dijamin, bahkan sebelum kita membuka mata. Aamiin.











