Alam Raya yang Tunduk pada Satu Penguasa

Opini Jumat, 28 November 2025 - 08:31 WIB
Alam Raya yang Tunduk pada Satu Penguasa

Alam Raya yang Tunduk pada Satu Penguasa

Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab

Saudaraku yang dirahmati Allah, Cobalah berhenti sejenak dan tatap langit. Lihat bagaimana bintang-bintang bergerak tanpa menabrak, matahari hadir tepat waktu tanpa pernah terlambat satu detik, angin berhembus lembut ketika diperintah, dan badai pun hanya muncul dengan takaran yang Allah tetapkan. Semua berjalan dalam tatanan ilahi yang sempurna.

Syekh  al-Jailani menyatakan dalam Fathur Rabbani:

> “Tidak ada satu pun gerak dan diam di alam semesta ini kecuali dengan perintah Allah. Dia Maha Tunggal dalam pengaturan-Nya.” Inilah inti tauhid rububiyyah: bahwa Allah satu-satunya Rabb yang mengatur seluruh alam tanpa sekutu, tanpa pembantu, tanpa tandingan.

Al-Qur’an sangat tegas menjelaskan hal ini:

Pertama. Allah satu-satunya pengatur langit dan bumi

> “Hanya milik Allah kerajaan langit dan bumi.”

(QS. Al-Baqarah: 107)

Kedua. Tidak ada sekutu dalam kekuasaan-Nya

> “Dia tidak mempunyai sekutu dalam kekuasaan.”

(QS. Al-Isra: 111)

Ketiga. Tidak ada yang menciptakan selain Allah

> “Apakah ada pencipta selain Allah yang memberi rezeki?”

(QS. Fathir: 3)

Keempat. Allah mengatur seluruh makhluk setiap saat

> “Setiap waktu Allah dalam kesibukan (mengatur makhluk).”

(QS. Ar-Rahman: 29)

Makhluk bergerak karena Dia menggerakkan. Hujan turun karena Dia memerintahkan.

Rezeki datang karena Dia menetapkan. Tidak ada sekutu. Tidak ada partner. Tidak ada tangan lain yang ikut campur.

Hadits Nabi: Kebesaran Allah yang Menguasai Segalanya

Rasulullah saw bersabda:

> “Sungguh Allah adalah Rabb kalian, tidak ada Tuhan selain Dia. Kekuasaan-Nya di atas langit, dan perintah-Nya di bumi.”

(HR. Tirmidzi – sahih)

Dalam hadits qudsi Allah berfirman:

> “Wahai hamba-Ku, seandainya seluruh makhluk bersatu menolongmu, mereka tidak akan mampu kecuali apa yang telah Aku tetapkan.”

(HR. Tirmidzi)

Artinya: setiap urusan hidup kita sudah berada dalam genggaman-Nya.

Suara Para Ulama tentang Keabsolutan Kekuasaan Allah

Syekh Abdul Qadir al-Jailani:

> “Jika engkau percaya bahwa selain Allah dapat memberi manfaat atau mudharat, maka engkau telah menyekutukan-Nya dalam rububiyyah.”

Imam Ahmad bin Hanbal

> “Jika engkau merasa bahwa rezekimu dari manusia, engkau akan hina. Jika engkau yakin itu dari Allah, engkau akan mulia.”

Imam Ibn Taymiyyah:

> “Tauhid yang paling agung adalah meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya yang mengatur seluruh kehidupan.”

Imam al-Ghazali:

> “Tidak ada jarum jatuh, tidak ada daun gugur, dan tidak ada napas terhembus kecuali dalam pengawasan-Nya.”

Inilah keyakinan para arif dan ulama: Allah satu-satunya Maha Raja sejati.

 Jika Allah Satu-Satunya Pengatur, Apa Maknanya bagi Kita?

Pertama. Tidak takut kepada makhluk

Musuh, fitnah, ancaman—semuanya tidak dapat berbuat apa pun kecuali dengan izin Allah.

> “Cukuplah Allah sebagai Penolong.”

(QS. Ali ‘Imran: 173)

Kedua. Tidak berharap selain kepada Allah

Karena manusia hanya makhluk yang tidak punya kuasa.

Ketiga. Hati menjadi tenang

Karena tahu bahwa kehidupan diatur oleh Zat yang Maha Bijaksana.

Keempat. Tidak mencari kekuatan dari selain-Nya.

Bukan dari dukun, jin, ritual syirik, atau kekuatan gaib.

Kelima. Tidak sombong saat diberi nikmat

Karena semua terjadi semata karena pengaturan Allah, bukan karena kehebatan diri.

Mengapa Banyak Manusia Masih Menyekutukan Allah dalam Pengaturan?

Bukan dengan mengakui ada Tuhan lain. Tetapi melalui keyakinan batin seperti: merasa jabatan menentukan masa depan, takut kehilangan rezeki jika meninggalkan maksiat

merasa manusia bisa mencelakai atau menolong, lebih percaya kepada kekuatan dunia daripada janji Allah.

Ini semua bentuk syirik halus yang disebut oleh Nabi saw:

> “Syirik dalam umatku lebih halus daripada langkah semut.”

(HR. Ahmad)

Syekh Abdul Qadir mengatakan:

> “Pembersihan hati dimulai dari membersihkan keyakinan bahwa makhluk memiliki kuasa.”

Bagaimana Menegakkan Tauhid Pengaturan dalam Hidup?

Pertama. Perbanyak doa dan tawakal

Karena tawakal adalah bukti keyakinan bahwa Allah yang mengatur.

Kedua. Jangan takut kehilangan dunia demi Allah

Rezeki dijamin oleh Zat yang menciptakanmu.

Ketiga. Hilangkan ketergantungan kepada manusia

Gunakan tangan manusia sebagai sebab, tapi bergantung hanya kepada Allah.

Keempat. Biasakan menyebut “Hasbunallah” Kalimat ini adalah senjata para nabi saat mereka tidak memiliki daya selain Allah.

Kelima. Tadabburi ayat-ayat tentang kekuasaan Allah

Seperti Surah Al-Mulk, Al-Waqi’ah, Ar-Ra’d, Yunus, dan Thaha.

Keenam. Syukuri setiap takdir karena semua itu berasal dari tangan yang Maha Lembut.

Hasil Besar: Hidup dalam Kelapangan Ilahi

Hati yang meyakini bahwa Allah satu-satunya pengatur akan merasakan:

Pertama. Ketenangan mutlak. Tidak panik, tidak cemas, tidak takut pada dunia.

Kedua. Keyakinan kuat karena ia menghubungkan diri dengan sumber kekuatan sejati.

Ketiga. Rezeki yang berkah

Karena Allah “berkuasa memberi tanpa batas.”

Keempat. Doa yang cepat dikabulkan karena hati itu bersih dari ketergantungan pada selain Allah.

Kelima. Cahaya iman

Allah memasuki hati yang bersih dari sekutu.

> “Jika engkau bertauhid kepada-Nya, maka Dia akan mencukupimu dalam segala urusan.”

( syekh Abdul Qadir )

Akhiran: Serahkan Hidup kepada Sang Pengatur Tunggal

Saudaraku, Tidak ada tangan lain yang ikut mengatur. Tidak ada kekuatan lain yang mengintervensi. Tidak ada kuasa lain yang menandingi. Allah-lah satu-satunya Pengatur langit dan bumi. Karena itu, gantungkan harapan kepada-Nya. Tinggalkan rasa takut kepada makhluk. Pegang teguh tauhid rububiyyah ini dalam setiap napas.

Semoga Allah membersihkan hati kita dari segala sekutu, menguatkan tauhid kita,

dan menjadikan kita hamba yang hanya bergantung kepada-Nya. Amin.




Mutiara Merdeka Wedding Package Calendula
Mutiara Merdeka Wedding Package Daisy
Mutiara Merdeka Wedding Package Garden
Mutiara Spesial Deal

Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Google+, Linkedin dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.