Pemprov Janji Carikan Solusi, Demo Sempat Memanas

Massa bertahan di depan pagar Kantor Gubernur Riau, Senin (21/7/2025) (Riau Analisa.com)
Riau Analisa.com-PEKANBARU-Aksi demo ribuan massa atas nama Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Pelalawan (AMMP) kembali mendatangi kantor Gubernur Riau melakukan unjuk rasa menolak untuk direlokasi dari hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kabupaten Pelalawan, Senin (21/7/2025).
Perwakilan 20 dusun dari 4 Desa yang terkena kebijakan Satgas PKH akhirnya diterima oleh Pemprov Riau. Mereka diterima Oleh Kadisbun Riau, Syahrial Abdi dan perwakilan dari Polda Riau. Sementara Bupati Pelalawan H. Zukri Misran, SE juga hadir mendampingi warganya yang menolak kebijakan relokasi tersebut.
Masing-masing perwakilan menyampaikan keberatan rencana pemerintah lewat Satgas PKH untuk merelokasi mereka karena merasa dulu mereka tidak merambah tapi membeli lahan disana. Setelah bekerja keras membangun kebun kini mereka diminta pindah karena kawasan itu kini masuk jadi kawasan hutan yang tidak boleh ada aktivitas kebun.
Mereka juga minta Satgas PKH ditarik dari wilayah mereka karena mereka merasa terintimidasi melihat prajurit bersenjata lengkap hilir mudik di kampung mereka. “Warga merasa terintimiasi terutama perempuan dan ana-anak merasa takut dan diperlakukan seperti teroris,” ujar Rasim Sitanggang Kordinator Segati dalam pertemuan itu.
Sejumlah kordinator kelompok masyarakat lainnya juga menyampaikan penolakan batas relokasi 3 Agustus 2025 mendatang. Menurut mereka kebun yang sudah mereka upayakan menjadi sumber ekonomi yang menopang hidup. Bila dipaksa relokasi maka mereka kehilangan sumber ekonomi dan tidak bisa bertahan hidup secara layak.
Mereka juga menyayangkan sekolah dasar disana tak berjalan seperti biasa sehingga murid terpaksa belajar di tenda-tenda. Berbagai keluhan dan aspirasi disampaikan dalam pertemuan tersebut. Kadisbun Riau Ir Syahrial Abdi yang mewakili Gubri Abdul Wahid yang sedang dinas luar kota mengatakan bahwa saran dan masukan telah didengarkan Pemprov.
Menurutnya soal relokasi itu kebijakan negara yang sedang dijalankan melalui Satgas PKH. Namun, lanjutnya, Pemprov bisa membantu mencarikan solusi agar persoalan ini ada jalan keluarnya. Misalnya mengusulkan pengunduran jadwal relokasi yang harus tuntas 3 Agustus mendatang.
“Intinya Pemprov ingin persoalan ini dipahami oleh semua pihak terkait kebijakan pemerintah mengembalikan wilayah hutan sesuai peruntukannya,” ujar Kadisbun. Ia berharap perwakilan Dusun dapat memahami alur prosedur terkait lahan yang ditertibkan Satgas PKH,” ujarnya.
Perundingan berjalan alot. Perwakilan warga tidak menerima begitu saja alasan normatif Pemprov Riau. Namun beberapa poin kesepakatan sementara dapat diterima seperti pengunduran jadwal batas akhir relokasi. Pemprov juga berharap pendemo bisa mengerti dan tidak meneruskan aksinya.
Sementara diluar Kantor Gubri ribuan massa datang menggunakan truk terbuka. Truk-truk tersebut terparkir di Jalan Cut Nyak Dien tepat di samping antara kantor Gubernur Riau dan Perpustakaan Soeman HS. Juga di bundaran tugu Zapin Jalan Jenderal Sudirman depan Kantor Kajati Riau
Aksi unjuk rasa tersebut juga terlihat mendapat pengamanan dari pihak kepolisian, yang bersiap dengan menyiagakan kendaraan Water Canon dan juga menyediakan beberapa unit ambulans sebagai antisipasi terjadinya hal-hal yang tak diinginkan.
Aksi unjuk rasa tersebut sempat memanas, massa memasuk ingin masuk dan bertemu dengan Gubernur Riau menagih janji kejelasan persoalan yang dihadapi masyrakat di kawasan TNTN terkait relokasi. Dimana massa sempat melempar petugas dengan botol air mineral.
Namun aksi lempar-lempar botol air mineral itu berhasil diberhentikan oleh koordinasi aksi setelah mendapat penegasan dari pihak kepolisian. "Koordinator aksi tolong hentikan. Jangan sampai kami mengambil tindakan tegas," tegas dari petugas kepolisian.
Untuk diketahui, sebelum juga mereka sempat menggeruduk kantor Gubernur Riau melakukan aksi unjuk rasa menolok direlokasi dari kawasan TNTN. Aksi yang kedua ini menurut Kordinator Aksi Wandri Saputra Simbolon adalah untuk menagih jawaban dari aksi pertama yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Meski sempat memanas jelang siang akhirnya massa membubarkan diri.(abd)