Catatan Bang Boi

Liga Korupsi

Kolom Pikiran Minggu, 02 Maret 2025 - 08:22 WIB
Liga Korupsi

Beberapa hari terakhir, unggahan soal klasemen Liga Korupsi Indonesia mendadak viral dan mewarnai lini masa media sosial setelah dugaan korupsi di PT Pertamina yang disebut merugikan negara hingga Rp 193,7 triliun diungkap oleh Kejaksaan Agung.

Keresahan warganet (warga dunia maya) terhadap kasus-kasus korupsi diluapkan dengan istilah klasemen atau peringkat yang terinspirasi dari dunia sepak bola, di mana klub-klub diberi peringkat berdasarkan skor.

Liga Korupsi Indonesia itu pun menampilkan daftar kasus korupsi yang merugikan negara dengan nilai kerugian yang sangat besar. Istilah liga ini ada satire terhadap kondisi negeri hari ini. Sindiran tajam terhadap akhlak berbangsa dan bernegara yang paradok dengan sila pertama bangsa yakni  berketuhanan yang Maha Esa.

Liga itu kompetisi, perlombaan. Jadi korupsi disindir sebagai lomba di Indonesia. Tentu malu kita membacanya ketika orang lain berlomba dalam prestasi dan kebaikan tetapi kita sebaliknya. Mengapa?

Ada banyak penyebabnya. Ya kesempatan. Ya hukum yang ringan dan tak membuat jera. Ya aji mumpung lagi punya kuasa dan jabatan semua disikat saja. Tetapi penyebab utamanya itu sebenarnya di sini (di hati). Hati yang miskin. Hati yang tidak pernah bersyukur. Hati yang tidak pernah merasakan qona’ah (cukup). Kuraaaang selalu meski harta sudah berlimpah.

Lebih tegas lagi hati yang tersesat. Memandang perbuatan buruk sebagai baik. Menyalagunakan kekuasaan untuk memperkaya diri dan kelompoknya. Misalnya ada orang mengurus sesuatu. Lalu yang berwenang dalam urusan itu lalu mengambil kesempatan mendapatkan uang atau balasan dalam bentuk lain padahal ia digaji negara maka itulah bentuk korupsi yang kerap terjadi sehari-hari.

Saya mengalaminya, Anda dan mungkin juga banyak yang lainnya. Namun para pelaku merasa itu wajar. Tidak masalah. Hatinya memandang perbuatan buruk itu sebagai baik. Ia tak peduli pada sumpah jabatannya. Padahal saksi sumpah itu adalah kitab suci. Hati yang tersesat tidak akan melihat kebenaran, tidak melihat azab neraka, tidak melihat lubang kubur. Yang dia lihat adalah pundi-pundi uang, emas, perak, tanah dan materi yang dia kira akan kekal bersama itu.

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak percaya (beriman) kepada akhirat, Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan merkea (yang buruk), sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan. Mereka itulah orang-orang yang akan mendapat siksaan buruk (didunia) dan diakhirat adalah orang-orang yang paling merugi.”(QS An Naml :5).

Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang menganggap perbuatannya tidak akan ditanggungjawabkan di akhirat akan mendapatkan siksaan buruk di dunia dan merugi di akhirat. Kadang kita melihat akhir hidup yang buruk dari orang-orang yang dimakan sumpahnya sendiri. Hidup hanya kumpulan hari-hari yang terus berlomba membawa kita ke batas akhir (ajal).

Liga korupsi mungkin tiada henti, tapi para pelakunya pasti suatu saat akan terhenti nafasnya dan ketika itu penyesalannya tiada lagi berarti.

Helfizon Assyafei

Jurnalis RAN




Mutiara Merdeka Wedding Package Daisy
Mutiara Merdeka Wedding Package Garden
Mutiara Merdeka Wedding Package Calendula
Mutiara Spesial Deal

Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Google+, Linkedin dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.